JATENG.NET, DEMAK – Upaya pengurangan sampah plastik di wilayah pesisir Desa Tambakbulusan, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, dilakukan melalui kegiatan edukatif dan partisipatif dengan tajuk “Pemanfaatan Ecobrick untuk Konservasi Mangrove” pada Minggu (11/05/2025).
Kegiatan ini terdiri dari dua tahapan utama, yakni sosialisasi pengelolaan sampah plastik bersama ibu-ibu tahlilan, serta workshop pembuatan ecobrick bersama anak-anak desa.
Program ini dilaksanakan oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) TIM II Kelompok 2 SDGs Universitas Diponegoro sebagai bentuk kontribusi dalam mendukung pengelolaan lingkungan berkelanjutan di wilayah pesisir. Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh belum adanya kebiasaan masyarakat dalam mengolah sampah rumah tangga, khususnya sampah plastik.
Akibatnya, sebagian besar sampah dibuang begitu saja ke tempat pembuangan akhir (TPA) atau tercecer ke lingkungan, termasuk wilayah pesisir dan area konservasi mangrove. Penumpukan sampah plastik yang sulit terurai menyebabkan kerusakan lingkungan, mengganggu keindahan kawasan pesisir, dan menghambat fungsi ekologis hutan mangrove.
Sosialisasi dilakukan secara informal dalam pertemuan rutin kelompok ibu-ibu tahlilan di salah satu rumah warga. Dalam kegiatan ini, peserta diberikan pemahaman mengenai dampak sampah plastik terhadap lingkungan dan dikenalkan pada solusi sederhana bernama ecobrick, yaitu pengolahan sampah plastik menjadi bahan bangunan alternatif dengan cara memadatkannya ke dalam botol plastik bekas.
Para ibu tampak antusias dan menyambut baik kegiatan tersebut. Banyak di antara mereka mengaku baru mengetahui bahwa sampah plastik bisa dimanfaatkan untuk hal yang bermanfaat dan ramah lingkungan. Setelah sesi sosialisasi, ibu-ibu juga diajak mulai memilah dan mengumpulkan sampah plastik dari rumah masing-masing.

Mahasiswa UNDIP memberikan penjelasan mengenai dampak sampah plastik terhadap lingkungan pesisir kepada warga Desa Tambakbulusan.
Kegiatan dilanjutkan dengan workshop pembuatan ecobrick yang melibatkan anak-anak desa sebagai peserta utama. Workshop dilakukan secara terbuka di Balai Desa Tambakbulusan. Anak-anak dengan semangat tinggi mengikuti instruksi, mulai dari membersihkan dan memotong sampah plastik, hingga mengisinya ke dalam botol hingga padat. Proses ini tidak hanya mendidik anak-anak tentang pentingnya pengelolaan sampah, tetapi juga mengajarkan nilai gotong royong dan kepedulian terhadap lingkungan.
Hasil ecobrick yang terkumpul kemudian disusun menjadi kursi sederhana yang ditempatkan di Balai Desa. Kursi ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai tempat duduk bagi warga dan pengunjung, sekaligus menjadi simbol edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan pesisir.

Tim KKN UNDIP berfoto bersama warga dan anak-anak setelah pelaksanaan kegiatan “Pemanfaatan Ecobrick untuk Konservasi Mangrove”.
Warga Desa Tambakbulusan berharap kegiatan seperti ini dapat terus berlanjut dan menjadi bagian dari kebiasaan hidup sehari-hari, sehingga pengelolaan sampah tidak hanya menjadi tanggung jawab individu, tetapi juga budaya kolektif yang mendukung pelestarian lingkungan.
Di sisi lain, tim mahasiswa KKNT Universitas Diponegoro berharap agar hasil dari kegiatan ini tidak hanya berhenti pada workshop, tetapi bisa menjadi pemicu lahirnya gerakan sadar lingkungan yang konsisten dan melibatkan semua lapisan masyarakat secara berkelanjutan.
Melalui kolaborasi antara kelompok ibu-ibu dan anak-anak, serta keterlibatan aktif warga, kegiatan ini menjadi bukti bahwa perubahan menuju lingkungan yang bersih dan lestari bisa dimulai dari langkah-langkah kecil yang dilakukan bersama.
Editor: Nur Ardi, Tim Jateng.net