JATENG.NET, GROBOGAN – Melalui pelaksanaan program Kuliah Kerja Nyata (KKN), mahasiswa Universitas Diponegoro dari berbagai disiplin ilmu saling berdiskusi dan bertukar pikiran untuk menyelesaikan masalah yang ada di Desa Sugihmanik, Kabupaten Grobogan. Salah satu masalah utama di daerah ini adalah kurangnya lahan resapan air yang seringkali menyebabkan banjir.
Solusi yang dihadirkan oleh mahasiswa adalah pembuatan sejumlah sumur biopori di tiga tempat, yakni di rumah warga, kediaman pemilik usaha, dan di sekolah. Tak hanya itu, mahasiswa juga melakukan sosialisasi singkat kepada masyarakat mengenai manfaat sumur biopori. Program ini disupervisi langsung oleh dosen pembimbing lapangan, Prof. Dr. Sri Hartini, S.T., M.T.

Banyak masyarakat di Desa Sugihmanik memiliki lahan pemukiman yang luas, namun sebagian besar telah dilakukan betonisasi. Akibatnya, luas lahan resapan air yang semula berupa tanah dan menjadi bagian penting dari siklus air menjadi sedikit. Hal ini diperparah oleh berdirinya beragam industri di beberapa titik.
Dalam kesempatan KKN tahun ini, kelompok 1 IDBU-69 Grobogan melakukan program penanaman 9 sumur biopori di 3 titik, yakni 3 sumur di kediaman Ibu Yayuk pada tanggal 8 Agustus, 3 sumur di SD Negeri 2 Sugihmanik pada tanggal 9 Agustus, dan 3 sumur di kediaman pemilik usaha Kedai Ladiba pada tanggal 10 Agustus.
Proses pembuatan sumur biopori membutuhkan beberapa alat, seperti bor tanah, pipa paralon, dan tutup plastik. Bor tanah memiliki diameter mata bor sebesar 15 cm. Pipa paralon memiliki panjang 30 cm. Sebelum ditanam ke tanah, seluruh pipa dilubangi terlebih dahulu. Hal ini berguna untuk jalan keluar air dan unsur organik. Tutup plastik juga dilubangi terlebih dahulu sebagai jalan keluar gas dan untuk mempermudah membuka.
Tahapan pembuatan sumur biopori sendiri diawali dengan menentukan titik yang akan digunakan. Titik yang dipilih adalah yang memiliki tanah yang tidak terlalu keras (gembur), jauh dari instalasi air seperti pipa PDAM atau septic tank, serta jauh dari tumbuhan. Kemudian, dilakukan pengeboran pada titik tersebut.
Pengeboran dilakukan secara bertahap sembari dilakukan penggalian tanah/pemindahan kerikil dan batu secara berkala. Setelah kedalaman lubang telah mencapai 30 cm, pipa paralon ditaruh di dalamnya, lalu ditimbun menggunakan tanah. Terakhir, dilakukan pemasangan tutup plastik.
Setelah itu, dilakukan sosialisasi singkat mengenai tujuan dan manfaat adanya sumur biopori ini kepada masyarakat yang rumahnya menjadi titik pembuatan.
Adapun manfaat dari sumur biopori adalah untuk meningkatkan daya resap air, mencegah banjir, mengurangi sampah organik, dan menyuburkan tanah. Alih-alih membuangnya, masyarakat dapat memasukkan sampah organik yang dihasilkan ke dalam sumur biopori.
Kegiatan ini mendapatkan respons yang positif dari masyarakat dan warga sekolah yang merasa terbantu atas adanya pembuatan sumur biopori.
“Sejauh ini, di sini belum ada sumur biopori mas, semoga sumur yang sudah ditanam ini bisa jadi media resapan dan pengolahan limbah organik yang bermanfaat ke depannya,” ujar salah satu guru di SD Negeri 2 Sugihmanik.
Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan banjir dapat terminimalisir, serta terjadi peningkatan kesadaran masyarakat tentang keutamaan pengelolaan sampah organik dan lahan resapan.
Penulis: Farhan Fahrezi











