JATENG.NET, Purwokerto — Sebagai orang tua, pastilah menginginkan tinggi badan anak yang ideal. Lalu apakah dari gentik yang baik dan nutrisi, cukup untuk tumbuh badan yang ideal? Tentu saja tidak. Olahraga dapat membantu mengoptimalkan pertumbuhan tulang anak. Tapi tahukah para orang tua, bahwa tidak semua olahraga ideal.
Lalu olahraga apa saja yang dapat berperan dalam membentuk tulang anak yang padat, kuat, dan sehat? Mari kita bahas.
Masa anak dan remaja sering disebut sebagai periode emas pertumbuhan tulang. Pada periode ini, tubuh bekerja keras membangun “tabungan” tulang. Faktanya, sekitar 50% massa tulang puncak seseorang dibangun pada periode ini dan bermanfaat hingga lanjut usia. Artinya apa yang dilakukan anak pada periode ini, akan menentukan seberapa kuat tulang mereka di masa depan.
Jika periode ini terlewatkan dan tidak dimanfaatkan dengan maksimal, anak akan memiliki massa tulang yang rendah. Hal ini beresiko tinggi menyebabkan osteoporosis atau tulang keropos saat usia lanjut.
Tidak semua olahraga sama
Olahraga teratur memegang peran penting dalam pembentukan tulang yang sehat dan kuat. Tetapi, ternyata tidak semua olahraga berperan dalam pembentulkan tulang. Hal inilah yang sering disalahpahami oleh masyaraat awam yang mengira semua olahraga sama-sama baik. Kenyataannya, ada olahraga yang bagus bagi kesehatan jantung, tapi tidak terlalu berpengaruh pada pembentukan tulang. Ada pula olahraga yang justru sangat baik bagi pembentukan tulang.
Sepak bola, basket, voli sang “Bintang”
Olahraga permainan yang cukup populer dikalangan anak dan remaja seperti sepak bola, basket, voli, ternyata merupakan sahabat baik bagi pertumbuhan tulang anak. Banyak penelitian telah membuktikan bahwa anak yang rutin melalukan olahraga ini memiliki kepadatan tulang jauh lebih tinggi dibanding anak yang tidak aktif berolahraga.
Mengapa demikian? Jawabannya terletak pada hubungan antara gerakan dan beban.
Dalam olahraga permainan, terdapat kombinasi gerakan berlari, melompat, menendang bola, berhenti secara tiba-tiba, dan lain sebagainya. Saat tulang mendapat tekanan berulang dari aktivitas ini, tubuh merespon dengan cara menakjubkan, yaitu tulang menjadi lebih padat dan kuat.
Proses ini membuat pertumbuhan tulang menjadi sangat optimal, terutama di bagian tubuh yang sering dipakai untuk menahan beban seperti kaki, tulang belakang, dan pinggul. Jadi setiap kali anak melakukan lompatan pada saat basket, artinya mereka sedang “menabung” bekal tulang di masa tua.
Apakah berenang dan bersepeda punya efek yang sama?
Renang dan sepeda juga cukup populer di kalangan anak dan remaja. Banyak juga msyarakat yang menyarankan renang agar cepat tinggi.
Faktanya, kedua olaraga ini memang sangat baik untuk melatih kesehatan jantung dan paru-paru. Tapi, jika tujuannya untuk memadatkan tulang, tampaknya kedua olaraga ini kurang efektif.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak yang aktif berenang dan bersepeda cenderung memiliki pertumbuhan tulang yang sama dengan anak yang tidak aktif olahraga. Terdapat beberapa alasan diantaranya:
- Kurangnya tekanan: Kedua olahraga tersebut tidak memberikan tekanan langsung terhadap tulang. Tidak ada gerakan yang memberikan tekanan pada tulang seperti penjelasan pada olahraga permainan sebelumnya. Pada pesepeda tumpuan hanya pada lutut, sehingga tekanan hanya ada disit.
- Hilangnya gravitasi: Perenang sering berada di dalam air, sedangkan air dapat menopang berat badan tubuh. Akibatnya, tulang tidak perlu bekerja keras untuk melawan beban gravitasi.
Tanpa adanya tekanan langsung pada tulang dan beban gravitasi, tulang tidak mendapatk sinyal untuk menguatkan serta memadatkan.
Apa solusinya?
Manfaat olahraga ini untuk melatih jantung dan paru tetap tidak bisa dihilangkan. Jadi tidak perlu khawatir, karena masih ada solusi agar anak yang aktif berenang dan bersepeda memiliki pertumbuhan tulang yang baik.
Para ahli yang melakukan penelitian menemukan bahwa olahraga golongan aerobik yang baik untuk jantung dan paru seperti berenang dan bersepeda perlu dikombinasika dengan latihan kekuatan otot atau resistance training.
Contoh resistance training:
- squat,
- push up,
- sit up,
- ataupun angkat beban ringan.
Anak-anak yang lebih suka renang dan bersepeda dapat ditambahkan latihan-latihan ini agar menambah beban yang dibutuhkan tulang untuk tumbuh kuat.
Kesimpulannya, kunci dari tulang yang sehat dan kuat adalah memulai olahraga sedini mungkin. Sepak bola, basket, voli dapat menjadi pilihan bagi anak-anak anda. Tentu saja, untuk hasil yang maksimal, usaha ini harus disertai asupan gizi seimbang dan suplemen pendukung seperti Vitamin D.
Mulailah olahraga sedini mungkin, untuk pertumbuhan tulang yang sehat dan kuat hingga masa tua.
Sumber referensi:
Abrahin, O., Rodrigues, R. P., Marçal, A. C., Alves, E. A. C., Figueiredo, R. C., & de Sousa, E. C. (2016). Swimming and cycling do not cause positive effects on bone mineral density: a systematic review. Revista Brasileira de Reumatologia (English Edition), 56(4), 345–351.
Agostinete, R. R., Lynch, K. R., Gobbo, L. A., Lima, M. C. S., Ito, I. H., Luiz-de-Marco, R., Rodrigues-Junior, M. A., & Fernandes, R. A. (2016). Basketball Affects Bone Mineral Density Accrual in Boys More Than Swimming and Other Impact Sports: 9-mo Follow-Up. Journal of Clinical Densitometry, 19(3), 375–381.
Agostinete, R. R., Werneck, A. O., Narciso, P. H., Ubago-Guisado, E., Coelho-e-Silva, M. J., Bielemann, R. M., Gobbo, L. A., Lynch, B. T., Fernandes, R. A., & Vlachopoulos, D. (2024). Resistance training presents beneficial effects on bone development of adolescents engaged in swimming but not in impact sports: ABCD Growth Study. BMC Pediatrics, 24(1),
Zouch, M., Chaari, H., Zribi, A., Bouajina, E., Vico, L., Alexandre, C., Zaouali, M., Ben Nasr, H., Masmoudi, L., & Tabka, Z. (2015). Volleyball and Basketball Enhanced Bone Mass in Prepubescent Boys. Journal of Clinical Densitometry, 19(3), 396–403.
Zouhal, H., Berro, A. J., Maliha, E., Khalil, N., El Khoury, G., Jayavel, A., Laziri, F., Saeidi, A., Laher, I., & El Hage, R. (2024). Team Sports Practice and Bone Health: A Systematic Review and Meta- Analysis. Journal of Clinical Densitometry, 27(4), 101508.
Penulis: dr. Afifah Shofia, Fakultas Kedokteran Universitas Jendral Soedirman











