JATENG.NET, DEMAK – Inovasi teknologi tepat guna kembali hadir sebagai solusi bagi masyarakat pedesaan melalui program Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) Universitas Diponegoro. Tim KKNT 164 mengembangkan sistem akuaponik, yakni integrasi akuakultur (budidaya ikan) dan hidroponik (budidaya tanaman tanpa tanah) yang efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan di Desa Loireng, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah pada Senin (21/07/2025).
KKN Tim- 164, berhasil merancang dan membangun sistem Akuaponik dengan metode RAS (Recirculating Aquaculture System). Sistem ini mengalirkan air dari media berupa ember ikan ke media tanam tanaman dan mengembalikannya lagi ke ember lainnya setelah tersaring secara alami oleh tanaman. Ini memungkinkan limbah dari ikan menjadi sumber nutrisi organik bagi tanaman sayuran.

Penjelasan Sistem Akuaponik yang Diterapkan
Sistem akuaponik yang dikembangkan oleh Tim KKNT 164 Universitas Diponegoro di Desa Loireng menggunakan konsep sederhana namun efektif, yakni menggabungkan budidaya ikan (akuakultur) dan tanaman (hidroponik) dalam satu media yang sama dengan menggunakan ember besar atau bahan bekas lainnya yang mudah ditemukan di lingkungan sekitar.
Komponen Utama Sistem:
- Ember/Bak Bekas
Digunakan sebagai wadah utama yang menampung air sekaligus berfungsi sebagai kolam budidaya ikan seperti lele atau nila. Ember ini juga menopang sistem tanam tanaman di atasnya, menjadikan sistem lebih hemat tempat dan praktis untuk skala rumah tangga. - Media Tanam (Netpot dan Kerikil)
Tanaman ditanam dalam netpot (pot kecil berongga) yang diletakkan di bagian atas ember. Media tanam berupa kerikil atau arang sekam digunakan sebagai penyangga akar dan penyaring alami. - Pipa dan Pompa Sirkulasi
Pompa kecil digunakan untuk mengalirkan air yang kaya nutrisi dari kotoran ikan ke bagian atas tempat tanaman. Setelah melewati akar tanaman dan tersaring, air kembali turun ke kolam ikan. Ini menciptakan sirkulasi tertutup (RAS – Recirculating Aquaculture System) yang efisien dan ramah lingkungan. - Ikan dan Tanaman
Umumnya digunakan ikan air tawar seperti lele, nila, atau mujair. Sedangkan tanamannya bisa berupa kangkung, sawi, selada, bayam, atau tanaman daun lainnya yang cepat panen.
Manfaat Sistem Ini:
- Efisiensi Lahan dan Air: Cocok untuk lingkungan padat penduduk atau daerah dengan keterbatasan lahan.
- Pemanfaatan Barang Bekas: Menggunakan ember atau wadah bekas lainnya, sistem ini juga ramah lingkungan dan murah.
- Daur Ulang Nutrisi: Limbah ikan menjadi pupuk alami bagi tanaman, tanpa perlu tambahan pupuk kimia.
- Panen Ganda: Dalam satu sistem, warga bisa memanen ikan dan sayuran secara bersamaan.
Dalam sesi pelatihan yang diselenggarakan bersama warga dan perangkat desa, I Gusti Ngurah Satya Mukti selaku tim KKN-T 164 menyampaikan: “Kami melihat potensi besar Desa Loireng untuk menerapkan sistem pertanian terpadu seperti akuaponik. Tidak hanya hemat air dan lahan, sistem ini juga mendukung ketahanan pangan keluarga dan bisa menjadi peluang ekonomi baru bagi Masyarakat”.

Haliza Ramadiani, anggota tim lainnya menambahkan: “Harapannya, inovasi ini bisa terus dimanfaatkan bahkan setelah program KKN selesai. Kami juga memberikan edukasi tentang perawatan, siklus air, hingga potensi bisnis dari hasil panen sistem akuaponik ini.”
Kegiatan ini mendapatkan sambutan positif dari perangkat desa yang hadir. Salah satu perangkat desa, Bapak Ahmadi selau sekretaris desa, mengungkapkan rasa syukurnya atas kehadiran mahasiswa UNDIP: “Kami sangat bersyukur dan bangga dengan kehadiran adik-adik mahasiswa UNDIP. Inovasi ini benar-benar membawa angin segar. Kami merasa diperhatikan dan diajak maju bersama. Harapannya warga kami bisa menerapkan ini secara mandiri nantinya,” ujarnya penuh semangat.
Langkah Nyata Menuju Desa Mandiri dan Berkelanjutan
Kegiatan ini tidak hanya berfokus pada instalasi sistem, tetapi juga pelatihan teknis dan distribusi modul edukasi agar masyarakat dapat memahami cara kerja sistem, manfaatnya, serta langkah-langkah perawatannya. Semua ini dilakukan dalam upaya membangun kemandirian dan memberdayakan warga desa.
Kehadiran sistem akuaponik ini menjadi wujud nyata kolaborasi antara perguruan tinggi dan masyarakat dalam menjawab tantangan global seperti perubahan iklim, ketahanan pangan, dan keterbatasan sumber daya air.











