Bersama Warga Berjo, Mahasiswa KKN-T UNDIP Ciptakan Pertanian Berkelanjutan Lewat Pestisida Alami

Avatar photo

- Editorial Team

Selasa, 29 Juli 2025 - 15:12 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Mahasiswa KKN-T 147 UNDIP Kelompok 3 bersama warga Desa Berjo, Karanganyar, berfoto bersama usai kegiatan edukasi pembuatan dan penggunaan pestisida alami. Kegiatan ini ditujukan untuk mendorong praktik pertanian sehat dan ramah lingkungan, dengan bantuan leaflet edukatif karya Laluna yang mempermudah pemahaman materi bagi seluruh peserta. (Foto: Dok. KKN-T UNDIP 147)

Mahasiswa KKN-T 147 UNDIP Kelompok 3 bersama warga Desa Berjo, Karanganyar, berfoto bersama usai kegiatan edukasi pembuatan dan penggunaan pestisida alami. Kegiatan ini ditujukan untuk mendorong praktik pertanian sehat dan ramah lingkungan, dengan bantuan leaflet edukatif karya Laluna yang mempermudah pemahaman materi bagi seluruh peserta. (Foto: Dok. KKN-T UNDIP 147)

JATENG.NET, KARANGANYAR — Kelompok 3 Tim KKN-T 147 Universitas Diponegoro melaksanakan kegiatan edukasi mengenai pembuatan dan penggunaan pestisida alami di desa binaan sebagai salah satu upaya mendorong pertanian ramah lingkungan.

Kegiatan ini berlangsung dengan semangat kolaborasi antara mahasiswa, masyarakat, dan dibantu penyebaran informasi melalui leaflet informatif hasil karya Laluna. Leaflet tersebut berperan penting sebagai alat pemahaman visual yang mudah dipahami warga mengenai konsep dasar pestisida alami dan perbedaannya dengan pestisida non-alami.

Selama pertemuan, mahasiswa menjelaskan bahwa pestisida alami merupakan pestisida yang terbuat dari bahan-bahan organik seperti tanaman, hewan, atau mikroorganisme yang berfungsi mengendalikan hama serta penyakit tanpa menimbulkan residu kimia. Melalui sosialisasi ini, masyarakat mulai menyadari pentingnya menjaga kesehatan lingkungan dan keberlanjutan hasil pertanian.

Dalam materi yang disampaikan, tim KKN-T 147 UNDIP menekankan keunggulan pestisida alami dilihat dari beberapa aspek, antara lain bahan, keamanan, biaya, serta daya terurai di alam. Berdasarkan informasi dalam leaflet Laluna, pestisida alami berasal dari ekstrak tumbuhan atau mikroba, berbeda dengan pestisida non-alami yang berbahan dasar senyawa kimia murni.

Pestisida alami terbukti memiliki toksisitas rendah dan mudah terurai, sehingga lebih aman bagi kesehatan dan lingkungan sekitar dibanding pestisida kimia yang toksiknya tinggi serta dapat tertimbun dalam tanah.

Selain itu, biaya pembuatan pestisida alami lebih murah dan mudah karena memanfaatkan alat dan bahan sederhana yang mudah ditemukan di sekitar rumah. Penjelasan yang sistematis dalam leaflet membantu warga memahami bahwa pertanian sehat dan ekonomis bisa dilakukan dengan inovasi yang ramah lingkungan.

Materi praktis yang diajarkan terdiri dari formulasi bahan aktif pestisida alami, seperti capsaicin dari cabai dan allicin dari bawang putih. Capsaicin merupakan senyawa yang memberi rasa pedas pada cabai serta bersifat iritan bagi serangga, sehingga mampu mengganggu sistem saraf hama dan membuatnya menjauh dari tanaman.

Sementara itu, allicin yang terdapat di bawang putih bersifat antibakteri, antifungal, dan insektisida ringan, efektif dalam merusak dinding sel mikroba hingga menghambat pertumbuhan hama kecil seperti aphid dan kutu daun.

Selain kedua bahan utama tersebut, dicantumkan pula sabun cair dengan kadar yang sangat sedikit sebagai surfaktan yang membantu melarutkan lapisan minyak pada tubuh serangga, menyebabkan dehidrasi pada hama. Tim memastikan semua peserta mengetahui fungsi setiap kandungan yang tertera dalam leaflet agar dapat digunakan dengan tepat.

Baca Juga:  Mahasiswa KKN UPGRIS Kelompok 37 Sosialisasikan Bank Sampah Plastik Menuju Desa Tlogo Ramah Lingkungan

Tahapan pembuatan pestisida alami dijelaskan secara runtut dan mudah diikuti oleh warga desa menggunakan referensi visual dari leaflet Laluna. Langkah pertama, warga diminta menyiapkan 50 gram cabai kering, 100 gram bawang putih kering, 1 sendok teh sabun cair, dan 1 liter air bersih. Selanjutnya, seluruh bahan dihaluskan lalu direbus selama 10 menit agar senyawa aktif pada cabai dan bawang putih larut secara optimal ke dalam air.

Setelah proses perebusan, cairan disaring dan dimasukkan ke botol semprot agar mudah diaplikasikan ke tanaman. Kegiatan praktik ini mendapat antusias tinggi karena masyarakat langsung dapat mempraktikkan setiap tahapan tanpa peralatan mahal atau bahan yang sulit didapat. Sosialisasi step-by-step pada leaflet juga memberi kemudahan bagi warga yang mungkin lupa detail proses saat sudah berada di rumah.

Setelah cairan pestisida selesai dibuat, kelompok KKN-T UNDIP langsung mengajak warga mencoba hasil olahan tersebut di lahan pertanian dan kebun sekitar desa. Penyemprotan dianjurkan dilakukan pada pagi atau sore hari serta diulang dua kali setiap minggu untuk mendapatkan hasil maksimal.

Tim juga menekankan pentingnya dosis sabun yang tidak berlebihan agar kesuburan tanah tetap terjaga dan lingkungan sekitar tetap sehat. Warga desa terlihat antusias dan aktif bertanya mengenai waktu aplikasi, jenis tanaman yang cocok, juga potensi hasil yang bisa dicapai dengan penggunaan pestisida alami ini. Leaflet Laluna yang dibagikan menjadi pedoman praktis agar warga lebih percaya diri melanjutkan inovasi ini secara mandiri.

Dari hasil evaluasi kegiatan, terlihat bahwa edukasi yang diberikan melalui pendekatan langsung dan didukung media leaflet dari Laluna efektif meningkatkan pengetahuan sekaligus keterampilan warga tentang pertanian berkelanjutan. Banyak warga menyampaikan bahwa mereka akan berupaya rutin membuat dan menggunakan pestisida alami sebagai langkah awal mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia yang mahal dan berisiko tinggi.

Kelompok 3 Tim KKN-T 147 UNDIP menyampaikan harapan bahwa kegiatan ini menjadi inspirasi bagi desa lain untuk terus berinovasi demi menciptakan sistem pertanian yang produktif, sehat, dan ramah lingkungan. Di akhir agenda, seluruh peserta melakukan foto bersama sebagai simbol kolaborasi dan semangat membangun pertanian hijau di masa depan.

Penulis: Laluna Yulizar Faisa Raharjo, Prodi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Follow WhatsApp Channel www.jateng.net untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Sinergi Mahasiswa KKN UIN Walisongo Semarang dan Warga Krajan Tingkatkan Kesehatan Balita hingga Lansia
Analisis Pengelolaan Sumber Daya Manusia dalam Industri Properti di PT. Musawa Jaya Perkasa
Bekal Dunia Kerja, Mahasiswa Manajemen UPGRI Semarang Ikuti Magang di PT Pegadaian Kanwil XI Semarang
Mahasiswa ICS 2025 Lestarikan Budaya dan Lingkungan Lewat Batik & Wayang Kulit di Yogyakarta
Kolaborasi Mahasiswa KKN UIN Walisongo Semarang dan Warga Desa Campurejo, Sukseskan Program Bank Sampah
Mahasiswa UPGRIS Magang di Disnakertrans, Pelajari Strategi Publikasi dan Komunikasi Publik
Mahasiswa UPGRIS Dapatkan Pengalaman Nyata Dunia Kerja dengan Pelajari Manajemen Sumber Daya Manusia dan Operasional di Daop 4 PT. Kereta Api Indonesia selama 3 Bulan!
Mahasiswa Universitas PGRI Semarang Magang di PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 4 Semarang, Belajar Dunia Kerja Profesional
Berita ini 24 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 15 November 2025 - 14:06 WIB

Sinergi Mahasiswa KKN UIN Walisongo Semarang dan Warga Krajan Tingkatkan Kesehatan Balita hingga Lansia

Jumat, 7 November 2025 - 18:52 WIB

Analisis Pengelolaan Sumber Daya Manusia dalam Industri Properti di PT. Musawa Jaya Perkasa

Rabu, 5 November 2025 - 17:15 WIB

Bekal Dunia Kerja, Mahasiswa Manajemen UPGRI Semarang Ikuti Magang di PT Pegadaian Kanwil XI Semarang

Selasa, 4 November 2025 - 13:36 WIB

Mahasiswa ICS 2025 Lestarikan Budaya dan Lingkungan Lewat Batik & Wayang Kulit di Yogyakarta

Selasa, 28 Oktober 2025 - 14:27 WIB

Kolaborasi Mahasiswa KKN UIN Walisongo Semarang dan Warga Desa Campurejo, Sukseskan Program Bank Sampah

Berita Terbaru