JATENG.NET, Semarang – Desa Seni Budaya Jurang Blimbing, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, kembali menjadi saksi hidup pelestarian seni tradisional Jawa. Pementasan ketoprak dari Paguyuban Sri Mulyo dengan lakon Minak Jinggo Gugur sukses digelar pada Jumat, 15 Agustus 2025 malam, menyedot perhatian ratusan warga yang memadati lokasi. Acara ini menjadi momentum penting bagi upaya melestarikan kebudayaan lokal di tengah gempuran modernisasi.
Pementasan yang dimulai pukul 21.15 WIB ini diawali dengan serangkaian sambutan dan tari gambyong sebagai pembuka. Lurah Tembalang, Ibu Asih Sri Windarti, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi mendalam kepada seluruh pihak yang terlibat.
“Kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada Paguyuban Ketoprak Sri Mulyo, warga masyarakat Tembalang, khususnya Jurang Blimbing, serta para mahasiswa KKN Tim 22 yang telah bekerja keras menyelenggarakan dan menampilkan kembali ketoprak ini,” ujar Ibu Asih.
Beliau juga menyampaikan harapan besar agar seni ketoprak dapat terus dikenal dan dilestarikan oleh seluruh lapisan masyarakat, khususnya warga Tembalang dan Semarang, dan para generasi muda.
Acara ini turut dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk perwakilan Pusat Pelayanan Kuliah Kerja Nyata (P2KKN), Bapak Satrio; Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Tembalang yang juga bertindak sebagai sutradara, Bapak Karnaan; serta perwakilan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Bapak Ipung.

Antusiasme warga terlihat jelas sepanjang pertunjukan. Salah satu penonton, Kirana Santi, mengungkapkan rasa senangnya bisa menyaksikan langsung seni pertunjukan ini untuk pertama kalinya. “Saya belum pernah menonton ketoprak sebelumnya, dan sangat tertarik untuk bisa nonton, apalagi ternyata kesenian ini ada dekat dengan kita, yaitu di Kampung Seni Budaya Jurang Blimbing,” kata Kirana.
Ia juga berharap pementasan serupa dapat terus diadakan secara rutin. “Semoga pementasan Ketoprak Sri Mulyo ini bisa selalu ada, tidak hanya untuk menghibur tapi juga sebagai media belajar bagi generasi muda terkait kebudayaan Jawa,” tutupnya.
Pementasan yang berhasil menghibur dan mengedukasi masyarakat ini menjadi bukti nyata bahwa seni tradisional seperti ketoprak masih memiliki tempat istimewa di hati masyarakat. Lebih dari sekadar hiburan, pementasan ini menjadi ajang pelestarian budaya sekaligus penguat identitas masyarakat Jawa di Kota Semarang.











