JATENG.NET, KENDAL – UMKM kuliner di Kelurahan Karangsari, Kabupaten Kendal, kini bertransformasi menuju usaha yang lebih berkualitas. Melalui pendampingan mahasiswa, sejumlah pelaku UMKM mulai berbenah dari sisi higienitas, variasi menu, hingga pengendalian kualitas. Dari berbagai program yang dilakukan, inovasi sederhana pada telur asin menjadi sorotan utama karena mampu menunjukkan perubahan nyata dalam kualitas produk.
Selama bertahun-tahun, para pembuat telur asin di Karangsari menggunakan abu sebagai media pengasinan. Cara ini memang diwariskan secara turun-temurun, namun sering menimbulkan masalah higienitas, rasa yang tidak seragam, serta hasil produksi yang kurang konsisten. Kini, media tersebut diganti dengan pasir bata. Meski terlihat sederhana, perubahan ini membawa dampak signifikan. Telur asin yang dihasilkan memiliki warna kuning lebih cerah, tekstur masir, serta tampak berminyak—ciri khas yang justru disukai konsumen.
Selain perbaikan pada proses produksi, inovasi juga dilakukan pada sisi pengemasan. Produk telur asin kini dipasarkan dengan kemasan berlabel yang lebih rapi dan menarik. Hal ini tidak hanya meningkatkan nilai jual, tetapi juga menambah kepercayaan konsumen bahwa produk yang dihasilkan higienis dan profesional. “Dengan cara baru ini, hasil telur asin lebih enak, dan pembeli bilang tampilannya juga lebih bagus,” ujar salah satu pelaku UMKM setempat.

Program pendampingan tidak hanya menyasar telur asin. Beberapa UMKM lain juga mendapat perhatian, seperti Mie Goceng, yang didampingi untuk meningkatkan higienitas dapur dan menambah variasi menu; Kedai Karang Kembang, yang difokuskan pada konsistensi rasa dan kualitas penyajian; serta UMKM Pak Kus, yang diperkuat dari sisi pengendalian kualitas dan pelayanan konsumen. Upaya ini menunjukkan bahwa prinsip manajemen kualitas dapat diterapkan secara sederhana namun efektif di berbagai lini usaha kecil.
Respon masyarakat dan pelaku UMKM terhadap program ini sangat positif. Mereka merasa terbantu dengan adanya pendampingan, terutama dalam hal meningkatkan mutu produk dan memahami pentingnya inovasi. Banyak yang menilai bahwa langkah kecil seperti mengganti media pengasinan atau memperbaiki pengemasan dapat memberikan dampak besar bagi keberlangsungan usaha.
Dengan adanya inovasi sederhana ini, UMKM Karangsari diharapkan mampu meningkatkan daya saing, baik di pasar lokal maupun menghadapi persaingan yang lebih luas. Telur asin kini bukan hanya sekadar produk kuliner, melainkan simbol perubahan menuju UMKM yang lebih higienis, konsisten, dan berdaya saing.
Program ini berjalan lancar dengan andil dari tim dosen pembimbing, yaitu Triyono, S.H., M.Kn., Naintina Lisnawati, S.K.M., M.Gizi. dari Universitas Diponegoro, Dr. Mastur, S.H., M.H. dari Universitas Wahid Hasyim, serta pendamping Hafiz Rama Devara, M.T.
Terima kasih sebesar – sebesarnya disampaikan kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia, yang telah mendanai kegiatan ini sesuai kontrak pelaksanaan: Nomor 062/C3/DT.05.00/PM/2025 (kontrak induk) dan Nomor 360-01/UN7.D2.1/PM/V/2025 (kontrak turunan). Dukungan ini menjadi fondasi penting dalam menggerakkan program pemberdayaan di Karangsari, yang membuktikan bahwa inovasi sederhana yang dikerjakan dapat menjadi langkah nyata menuju kemandirian ekonomi lokal dan kesejahteraan masyarakat berkelanjutan.











