Jarum, 21 Juli 2025 – Mahasiswa KKN-T IDBU Tim 2 Kelompok 3 Pemberdayaan Ekonomi Universitas Diponegoro mengadakan demonstrasi alat pengering batik berbasis Teknologi Tepat Guna (TTG) di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, sebagai upaya mendukung pengembangan industri batik lokal yang telah menjadi ciri khas desa ini sejak tahun 1970-an. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas para pengrajin batik di Desa Jarum, yang hingga kini memiliki sekitar 32 UMKM batik yang masih aktif. Kegiatan tersebut diselenggarakan di UMKM Batik Bimasena, RW 06 RT 01, dan dihadiri oleh pelaku UMKM serta masyarakat setempat.
Desa yang dikenal sebagai sentra batik tulis terbesar di Solo Raya yang terdiri pelaku pengrajin batik tulis, cap, dan kombinasi dengan pewarnaan alami dan sintetis. Namun, proses pengeringan batik secara tradisional yang mengandalkan sinar matahari sering kali memakan waktu lama dan menghambat produktivitas, terutama pada saat musim penghujan. Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan ini, Tim Alat yang terdiri atas Prof. Dr. Hadi. Sasana, S.E, M.Si., dan Shofwan Bahar, S. T., M. T., selaku dosen pembimbing beserta 10 mahasiswa KKN-T UNDIP dari 9 Program Studi yang terlibat, mulai dari Hukum, Agribisnis, Agroekoteknologi, Informasi dan Humas, Peternakan, Akuntansi, Statistika, Administrasi Publik, hingga Teknik Rekayasa Perancangan Mekanik memperkenalkan Inovasi Teknologi Tepat Guna (TTG) berupa Alat Pengering Batik.
Alat pengering batik ini dirancang dengan dimensi 150 x 60 x 230 cm, mampu mengeringkan hingga lima lembar kain dalam sekali proses, dan menggunakan gas LPG sebagai sumber energi. Alat ini beroperasi pada suhu 70° ± 10°C, yang cukup optimal untuk mengeringkan batik tanpa merusak kualitas warna. Dilengkapi dengan sensor suhu otomatis dan pengatur waktu digital, alat ini memungkinkan pengrajin untuk mengontrol durasi dan suhu pengeringan sesuai dengan kebutuhan.
Cara kerja alat ini cukup sederhana. Setelah kain batik diperas untuk mengurangi kadar air, kain tersebut digantung di ruang pengering. Pintu alat ditutup rapat, dan kompor dinyalakan untuk menghasilkan panas. Kipas di dalam alat kemudian menghembuskan udara panas dari pembakaran gas LPG, memastikan distribusi panas yang merata ke seluruh permukaan kain batik. Hasilnya, kain batik dapat kering lebih cepat tanpa terkena sinar matahari langsung.
Sebagai bagian dari upaya edukasi, pada 21 Juli 2025, dilakukan demonstrasi penggunaan alat pengering batik kepada para pelaku UMKM di Desa Jarum. Peserta diajak untuk melihat langsung proses pengeringan kain batik menggunakan alat ini, dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk menilai kualitas kain yang telah dikeringkan. Melalui kegiatan ini, diharapkan para pelaku UMKM dapat memahami manfaat alat ini dan mempertimbangkan penerapannya dalam proses produksi mereka sehari-hari.
“Alat pengering ini akan sangat membantu terutama saat musim penghujan, terutama ketika kami dibanjiri pesanan dari pembeli,” ujar salah satu pelaku UMKM dengan penuh antusias.
Dengan pengeringan yang lebih cepat dan kualitas yang lebih terjaga, alat ini diharapkan dapat membantu UMKM batik Desa Jarum untuk meningkatkan produktivitas dan mengatasi tantangan cuaca yang selama ini menjadi hambatan utama. Teknologi ini tidak hanya memberikan solusi bagi pengrajin batik, tetapi juga membuka peluang untuk perkembangan usaha kreatif lainnya di desa ini.
Penulis: Kelompok 3 Tim 2 KKN-T UNDIP











