JATENG.NET, PEKALONGAN – Sampah organik rumah tangga kini tidak lagi dianggap sekadar limbah. Berkat inisiatif KKN-T Tim 151 Universitas Diponegoro, warga Kelurahan Krapyak, Kota Pekalongan mulai memanfaatkannya menjadi “emas hijau” melalui teknologi biopori.
Program bertajuk Edukasi Pengelolaan Sampah Organik dengan Desain Biopori ini dilaksanakan pada [22/07/2025] dengan melibatkan warga Gang 8 Lopis Raksasa, Kelurahan Krapyak. Mahasiswa tidak hanya memberikan edukasi, tetapi juga memandu praktik langsung pembuatan lubang biopori sedalam 80–100 cm.
Lubang ini dilengkapi pipa PVC sepanjang 80 cm dengan beberapa lubang kecil berdiameter 10 cm di sisi pipa serta tutup di bagian atas. Pipa tersebut selanjutnya diisi dengan sisa sayur, buah dan dedaunan. Cara sederhana ini mampu mengurangi volume sampah, menyuburkan tanah, dan meningkatkan daya serap air, sehingga risiko genangan berkurang.
“Biopori memberikan manfaat ganda, dimana mengolah sampah menjadi pupuk alami sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Langkah kecil ini, jika dilakukan bersama, akan memberi dampak besar,” ujar Koordinator Tim, [Elia Septian Wijaya].

Warga Kelurahan Krapyak menyambut baik inisiatif ini, mengingat permasalahan sampah masih menjadi tantangan di kawasan pesisir Kota Pekalongan. “Harapannya, semua warga bisa menerapkan biopori secara berkelanjutan. Jika setiap rumah memiliki satu lubang biopori saja, lingkungan akan lebih bersih dan lahan menjadi subur,” ungkap salah satu warga [Fatimah].
Melalui program ini, KKN-T TIM 151 Universitas Diponegoro tidak hanya memberikan edukasi, tetapi juga mendorong perubahan pola pikir masyarakat untuk lebih bijak dalam mengelola sampah. Langkah ini diharapkan menjadi bagian dari solusi berkelanjutan bagi Kota Pekalongan dalam mewujudkan lingkungan yang bersih, sehat dan produktif.











