JATENG.NET, BATANG — KKN-T Tim 50 Universitas Diponegoro yang ditempatkan di Dusun Sibelis, Desa Tumbrep melakukan program edukasi bertema “Edukasi Pengelolaan Air Bersih untuk Peternakan” pada Jumat, 11 Juli 2025. Program ini mengangkat isu pentingnya air bersih bagi keberlangsungan peternakan dan kesehatan masyarakat.
Program ini digagas oleh Shinta Febriviana, mahasiswa prodi Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman warga terutama kelompok peternak mengenai kualitas air yang layak bagi ternak.
Kegiatan tersebut, ia melakukan edukasi langsung dengan media poster interaktif, demonstrasi pengujian kualitas air dan diskusi terbuka bersama warga maupun peternak lokal di Dusun Sibelis khususnya warga RT 1-4.
“Air yang terlihat jernih belum tentu aman, bisa saja mengandung bakteri, pH air yang tidak stabil, nitrit, bahkan bahan kimia lain yang tak kasat mata. Ini yang saya tekankan kepada warga” jelas Shinta saat sesi edukasi pada Jum’at (11/7)
Warga diperkenalkan pada parameter kualitas air menurut Permenkes No.32 tahun 2017, seperti pH, suhu, warna, rasa dan bau. Selain itu, diajarkan juga cara pengujian sederhana menggunakan termometer alkohol dan pH strip.
“Warga di sini sudah membiasakan merebus air untuk diminum dan digunakan untuk kebutuhan sehari- hari, tapi kami belum pernah tahu cara pengecekan kualitas airnya seperti pH dan suhu, sehingga kami baru tau caranya” ujar Pak Hadi salah satu warga yang hadir dalam sesi edukasi dan demonstrasi.

Dalam edukasi tersebut, air dari pipa distribusi Dusun Sibelis dan air yang berasal dari rumah yang sudah ditampung di bak diuji langsung. Hasilnya, meskipun suhu dan pH berada dalam batas aman (suhu 26˚C, pH 7,2-8). Air yang dialiri dari pipa dan ditampung pada kolam berisi batuan berlumut tetap perlu di perhatikan dari segi pengelolaan dan kebersihannya.
“Awalnya warga sempat ragu dengan informasi yang saya sampaikan, karena mereka merasa air yang jernih sudah cukup. Akan tetapi, setelah melihat demonstrasi langsung dan penjelasan dampak cemaran mikroba pada ternak maupun dalam segi kehidupan sehari-hari, mereka mulai terbuka” lanjut Shinta.
Bentuk tindak lanjut yang dapat dilakukan, mahasiswa KKN-T mendorong warga untuk merebus air sebelum diminum, menggunakan filter air sederhana, mengelola limbah ternak agar tidak mencemari sumber air dan melakukan pengecekan berkala terhadap kualitas air. Selain itu, warga juga diajak untuk mencoba langsung alat uji sederhana yang disediakan, seperti, termometer alkohol dan pH strip, agar dapat melakukan pemeriksaan mandiri di rumah masing-masing.
Program ini disambut positif oleh warga dan tokoh masyarakat setempat. Harapannya, edukasi ini dapat memicu kesadaran kolektif dan menjadi langkah awal dalam menciptakan lingkungan peternakan yang lebih sehat dan berkelanjutan.











