Menu

Mode Gelap
Dukung PMI Penuhi Stok Darah, PT. Indomarco Prismatama Gelar Donor Darah di Semarang Destinasi Wisata Terpopuler dan Tips Perjalanan 2025 Feminisme dalam Cengkeraman Patriarki: Wajah Baru Penindasan yang Tersembunyi 7 Masjid Referensi Kajian Sunnah di Semarang PUSPAGA SEMAR Kota Semarang Dorong Keterlibatan Ayah untuk Keluarga yang Lebih Seimbang Indomaret dan Unilever Bersihkan Masjid At Taqwa di Demak, Ciptakan Suasana Ibadah Nyaman Menyambut Ramadan 2025!

Pendidikan

Feminisme dalam Cengkeraman Patriarki: Wajah Baru Penindasan yang Tersembunyi

Avatar photobadge-check


					Ilustrasi perempuan (Dok. Istimewa) Perbesar

Ilustrasi perempuan (Dok. Istimewa)

JATENG.NET — Feminisme kini semakin mendapat perhatian dan pengakuan di seluruh dunia. Banyak yang menyebutnya sebagai gerakan yang mendorong perempuan untuk menjadi lebih kuat, lebih mandiri, dan lebih berdaya.

Iklan-iklan, media, dan kampanye digital semakin kerap mempromosikan citra perempuan yang kuat, dengan slogan-slogan empowerment yang menggema di setiap sudut. Feminisme seolah telah meraih kemenangan besar. Tapi apakah semuanya benar-benar sesuai dengan apa yang kita lihat di permukaan?

Di balik semangat pemberdayaan itu, ada satu hal yang sering luput: bagaimana sistem lama, yaitu patriarki, beradaptasi dengan wajah baru. Ia tak lagi melarang perempuan untuk maju. Sebaliknya, ia mendorong perempuan untuk “berdaya” — tapi hanya dalam batas-batas yang masih ia tentukan. Ini bukan feminisme. Ini patriarki yang menyamar.

Patriarki dalam versi terbaru tak lagi mengurung perempuan secara fisik. Ia menggunakan strategi yang lebih licik: memaksa perempuan untuk “bebas” — tetapi dengan definisi yang sudah disiapkan. Perempuan “ideal” hari ini harus kuat, sukses, produktif, cantik, tetap hangat, dan tidak terlalu marah. Harus mencintai diri sendiri, tapi jangan sampai terlihat “terlalu keras”. Harus bicara lantang, tapi tetap “elegan”.

Apa yang tampak seperti kebebasan sebenarnya adalah tekanan bentuk baru. Ini bukan lagi penindasan berbasis larangan, melainkan ekspektasi yang dibungkus dengan kata-kata manis. Ketika perempuan gagal memenuhi standar ini, bukan sistem yang disalahkan — tapi dirinya sendiri. Inilah bentuk kontrol yang paling halus dan paling menyakitkan: ketika penindasan membuat korbannya merasa bersalah.

Industri kecantikan, media hiburan, bahkan perusahaan teknologi mengadopsi simbol-simbol feminisme sebagai strategi pemasaran. Kaos bertuliskan “Powerful Woman” diproduksi massal oleh buruh perempuan dengan upah murah. Iklan body positivity dibuat oleh brand yang di saat bersamaan menjual produk pemutih kulit. Ini bukan pemberdayaan — ini komodifikasi perjuangan.

Di sinilah pentingnya membedakan antara feminisme sejati dan feminisme palsu. Feminisme bukan tentang menjadikan perempuan alat promosi dalam iklan — melainkan mendobrak sistem yang menindas semua perempuan, termasuk yang tak punya akses, kuasa, atau panggung.

Dan feminisme tidak pernah anti-laki-laki. Ia justru mengajak semua pihak — termasuk laki-laki — untuk keluar dari kerangkeng peran gender yang menyakitkan. Tapi selama patriarki terus mendominasi lewat wajah “progresif”, feminisme harus terus waspada.

Karena ketika lawan menyamar jadi kawan, maka perjuangan harus lebih cerdas — dan lebih tajam.

Referensi: https://journal.uinjkt.ac.id/index.php/psga/article/view/10403

Penulis: Sandrainy Munifa Aenur

Editor: Nur Ardi, Tim Jateng.net

Baca Lainnya

PUSPAGA SEMAR Kota Semarang Dorong Keterlibatan Ayah untuk Keluarga yang Lebih Seimbang

9 Maret 2025 - 16:40 WIB

PUSPAGA SEMAR Kota Semarang Dorong Keterlibatan Ayah untuk Keluarga yang Lebih Seimbang

Mahasiswa KKN-T UNDIP Edukasi dan Digitalisasi Pencatatan Transaksi & Stok Barang UMKM di Desa Kembanglangit dengan BukuWarung

3 Maret 2025 - 20:57 WIB

Mahasiswa KKN-T UNDIP Edukasi dan Digitalisasi Pencatatan Transaksi & Stok Barang UMKM di Desa Kembanglangit dengan BukuWarung

Dukung Pendidikan Pasca Bencana, Plan Indonesia Salurkan 1.035 Paket Sekolah di Pekalongan

15 Februari 2025 - 15:56 WIB

Dukung Pendidikan Pasca Bencana, Plan Indonesia Salurkan 1.035 Paket Sekolah di Pekalongan

Mahasiswa KKN UNDIP Bantu Desa Jiwan! Perbaikan Talud Makin Terencana

11 Februari 2025 - 18:31 WIB

Mahasiswa KKN UNDIP Bantu Desa Jiwan! Perbaikan Talud Makin Terencana

Sentuh Hati UMKM, Mahasiswa KKN TIM 1 Undip 2025 Sosialisasi “Buku Warung” dari Pintu ke Pintu di Desa Toriyo

11 Februari 2025 - 18:04 WIB

Sentuh Hati UMKM, Mahasiswa KKN TIM 1 Undip 2025 Sosialisasi “Buku Warung” dari Pintu ke Pintu di Desa Toriyo
Trending di Pendidikan