Produksi kain tenun yang awalnya berupa kain mori untuk batik, berkembang menjadi sarung tenun palekat, kain kasa, hingga kain berbahan eceng gondok. `
Desa Pakumbulan juga ditetapkan sebagai pusat tenun melalui program One Village One Product (OVOP). Karena potensi tersebut, tim KKN II Universitas Diponegoro 2024 berupaya mendatangi tempat-tempat industri ATBM dan mengenal lebih dalam mengenai tradisi tenun yang tidak hanya menjadi sumber penghidupan, tetapi juga sebagai identitas budaya setempat.
Selama sebulan, tim KKN ditemukan dengan beberapa tokoh tenun yang dihormati seperti Bu Nur, Pak Tasawuf, dan Pak Udin, membahas mengenai pentingnya melestarikan tenun dan bagaimana menghadapi kehadiran bisnis digital yang berkembang pesat sejak pandemi COVID-19 dan menimbulkan tantangan baru.
Banyak pengrajin diketahui beralih membuka akun online dan menjual pakaian sebagai reseller, disebabkan oleh turunnya permintaan tenun. Bu Nur, seorang pengrajin tenun, menyatakan bahwa persaingan dengan bisnis digital mempengaruhi kelangsungan pertenunan eceng gondok, yang kini bahannya semakin sulit ditemukan. Hal tersebut merupakan satu tantangan di antara tantangan-tantangan lainnya.
Untuk memastikan kelangsungan tenun, regenerasi merupakan hal yang sama-sama diserukan oleh para tokoh tenun sebagai solusi yang optimal, bisa melalui pendidikan, pelatihan, dan pengaktifan kembali dukungan pemerintah.
Kemudian, pameran tenun serta pengintegrasian teknologi digital dalam pemasaran mampu menjadi jembatan antara tradisi dan modernitas untuk menjaga keseimbangan sosial dan budaya di Desa Pakumbulan.
Tim KKN II Universitas Diponegoro berkontribusi membantu pemberdayaan melalui proyek karya etnofotografi beserta tulisan yang memaparkan isi wawancara mendalam bersama tokoh-tokoh tenun di Desa Pakumbulan, bertujuan membawa wawasan terhadap kehidupan masyarakat Pakumbulan seputar pertenunan.
Untuk memahami lebih dekat kehidupan masyarakat Pakumbulan dan warisan tenunnya, etnofotografi dan kajian tulisan ´The People of Pakumbulan Weaving´ dapat diakses melalui website https://desapakumbulan.carrd.co/ di kolom Demografi dan Kebudayaan. Jangan lewatkan kesempatan untuk menjelajahi dan memahami kehidupan para pengrajin tenun yang menghidupkan tradisi turun temurun ini.