KARANGANYAR – Bekatul dikenal masyakarat sebagai bahan pakan ternak. Padahal, masyarakat dahulu mengonsumsi bekatul untuk dijadikan makanan pokok sehari-hari mengingat harga beras yang mahal. Seiring berjalannya waktu harga beras mulai terjangkau, masyarakat enggan lagi mengonsumsi bekatul.
Di lain sisi, masyarakat juga mengganggap bekatul adalah makanan yang “jadul” dan memiliki rasa yang pahit. Bekatul sendiri di Desa Pulosari sangat melimpah dikarenakan hasil pertanian yang sebagian besar adalah komoditas padi.
Bekatul merupakan bagian dari lapisan luar butir padi yang dihasilkan selama proses penggilingan padi menjadi beras. Tingginya jumlah bekatul di Desa Pulosari tidak diimbangi dengan pengetahuan masyarakat terkait manfaatnya.
Sadar akan hal tersebut, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tim II Universitas Diponegoro (UNDIP) 2023/2024, Diva Nabila Auliaputri mahasiswa Biologi Fakultas Sains dan Matematika 2021 mengadakan Program Kerja (Proker) tentang edukasi terkait manfaat pangan fungsional bekatul untuk kesehatan pada Sabtu (27/7/24) di Desa Pulosari.
Acara ini dihadiri ibu-ibu PKK Desa Pulosari pada tanggal 27 Juli 2024 dan bertujuan untuk mengedukasi tentang manfaat bekatul untuk kesehatan guna meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Dalam edukasi ini, materi yang dibahas meliputi pengertian bekatul, kandungan gizi dan manfaat bekatul antara lain kalsium untuk pertumbuhan tulang dan gigi, vitamin B (B1, B2, B3, dan B6) untuk berbagai fungsi saraf, asam lemak tidak jenuh untuk menurunkan kolestrol, dan antioksidan (vitamin E) untuk menurunkan resiko penyakit jantung, serta serat yang tinggi untuk mencegah konstipasi/sembelit.
Selama sesi tanya jawab, salah satu peserta mengajukan pertanyaan yang relevan dengan bekatul: “Bagaimana mengolah bekatul agar tidak pahit sehingga dapat dikonsumsi oleh anak jaman sekarang?”. Menanggapi pertanyaan tersebut, narasumber menjelaskan strategi untuk menghilangkan rasa pahit dari bekatul. Yakni dengan mengolahnya menjadi tepung dengan cara disangrai dahulu hingga kecoklatan, lalu dihaluskan, dan kemudian diayak.
Kesadaran dan antusiasme masyarakat terhadap pentingnya manfaat bekatul untuk kesehatan adalah langkah besar menuju peningkatan kualitas hidup. Ibu Dini, salah satu peserta, mengakatan “Saya baru tahu ternyata bekatul punya banyak manfaat. Saya akan coba mulai mengonsumsi bekatul”. Penulis berharap dengan pengetahuan yang telah disampaikan, masyarakat Desa Pulosari akan kembali menjadikan bekatul sebagai bagian dari pola makan sehari-hari mereka. Dengan demikian, kita tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga memanfaatkan potensi lokal untuk kesehatan yang lebih baik.
Editor: Nur Ardi